Bisnis seluler masih menjadi primadona untuk meraup laba. Adalah sangat wajar jika hampir separuh investasi operator telekomunikasi dialokasikan untuk seluler, terutama untuk mengembangkan kapasitas dan kualitas jaringan. Perluasan jangkauan atau cakupan layanan masing-masing operator itu dimaksudkan untuk menambah pelanggan baru yang pertumbuhannya masih terbuka luas.
Kinerja Indosat, operator prabayar pertama di Indonesia menunjukkan hal yang cukup menggemberikan terkait tingginya pertumbuhan pelanggan seluler dengan total hampir mendekati angka 27 juta. Hal ini membuat peta persaingan telekomunikasi di tanah air berubah, dan Indosat layak diperhitungkan.
Tengok saja dari data Indosat, pada triwulan 1 tahun 2008 ini pendapatan usaha seluler perusahaan penanaman modal asing atau PMA mereka naik hingga 11 persen, dengan saham Singapore Technologies Telemedia sebesar 41,2 persen. Sebelumnya, pada triwulan 1 tahun 2007, pelanggan seluler Indosat mencapai 18 juta dan pada triwulan yang sama tahun ini naik 46,7 persen menjadi 26,4 juta. Meski average revenue per user (ARPU atau rata-rata pendapatan dari tiap pelanggan) Indosat sempat mengalami penurunan 10 hingga 12 persen. Kondisi ini pun akibat dari adanya penurunan tarif interkoneksi yang mulai berlaku April lalu. Tercatat ARPU pelanggan Indosat tahun lalu mencapai Rp 53.000 per bulan per pelanggan.
Tentunya prestasi ini dicapai berkat kelihaian Johnny Swandi Sjam, Direktur Utama Indosat dalam memimpin perusahaannya. Maklumlah, alumnus Gunadarma dan Pascasarjana Administrasi dan Kebijakan Bisnis Universitas Indonesia ini sangat berpengalaman di bidangnya, mengingat telah berkali-kali menduduki jabatan teratas di beberapa perusahaan.
Komposisi pelanggan Indosat sendiri terdiri dari 97,4 persen pelanggan prabayar dan 2,6 persen pelanggan pascabayar. Sedangkan pelanggan fixed wireless access atau telepon tetap nirkabel pada triwulan 1 tahun lalu mencapai 434.000 dan pada triwulan 1 tahun ini mencapai 716.000 atau naik sekitar 64,9 persen. Sedangkan total pelanggan 3,5G Indosat pada akhir kuartal 1 2008 ini mencapai 48.000 pelanggan. Untuk pendapatan layanan MIDI atau data tetap mengalami kenaikan diakibatkan oleh permintaan internet IPVPN dan world link atau direct link. Dengan demikian, pendapatan layanan telekomunikasi Indosat tetap meningkat. Peningkatan ini berasal dari dikontribusi layanan SLI dan StarOne sebesar 6,1 persen, dari Rp 382,3 miliar di Q1 2007 menjadi Rp 405,6 miliar di kuartal 1 2008. Kesimpulannya, target pertumbuhan pendapatan total naik 18 persen, sedangkan seluler ditargetkan naik 20 persen.
Dari 30 juta pelanggan yang diraih Indosat per bulan Mei kemarin, sebanyak 60% merupakan pelanggan setia IM3 yakni sekitar 18 juta. Kalau melihat pencapaian yang cukup fantastis, kami akan melakukan kajian ulang atas target pelanggan tahun ini sebelumnya dipatok 6 juta akan berubah menjadi 8 juta. Kami akan lihat setelah pencapaian semester I. Karena selama lima bulan sudah 5,5 juta pelanggan yang kami dapat.
Saat ini, total perangkat Base Transceiver Station (BTS) yang dimiliki Indosat mencapai 11.667 unit dengan bantuan sekitar 8000 unit menara. Sedangkan untuk meningkatkan kualitas dan kapasitas jaringan telekomunikasi, khususnya kebutuhan bandwith, Indosat memulai pembangunan penggelaran jaringan Sistem Komunikasi Kabel Laut (SKKL) Jakabare (Jawa, Kalimantan, Batam dan Singapore). Pembangunan SKKL sepanjang lebih dari 1.300 kilometer ini akan menghubungkan Indonesia dengan Singapura.
Indosat berinisiatif untuk mulai menggunakan energi alternatif sebagai sumber daya pengoperasian BTS. Energi alternatif ini akan ditentukan sesuai dengan sumber daya paling banyak di suatu wilayah. Jika ada daerah yang kaya akan matahari maka BTS di wilayah tersebut akan ditenagai oleh panel solar, begitu juga dengan energi angin yang mendominasi di suatu wilayah maka kemungkinan kami akan menggunakan energi tersebut. Pada tahap pertama, Indosat akan menguji coba tiga energi alternatif di beberapa tempat sesuai dengan kemampuan sumber daya alam yang ada. Misalnya saja penggunaan turbin angin untuk memberikan daya pada BTS Indosat di Bali atau penggunaan energi biofuel berbahan dasar kelapa sawit dan biji jarak pada BTS di Labuan Lombok.
Khususnya wilayah di luar pulau Jawa. Misalnya saja di daerah Girisari Uluwatu Bali terdapat dua BTS yang akan ditenagai oleh matahari dan angin. Daerah tersebut diperkirakan memiliki sumber panas
matahari yang cukup signifikan yaitu di atas 5 kWh/M2/hari dan energi angin yang juga cukup besar dengan kecepatan di atas 4m/s. Untuk tahap awal ini sekitar 40 hingga 50 BTS Indosat di luar pulau Jawa akan menggunakan energi alternatif ini. Lain halnya dengan salah satu BTS di daerah Lombok, Labuan. Wilayah ini dikenal memiliki sumber daya kelapa sawit yang cukup besar. Tidak heran jika kemudian Indosat
menggunakan kelapa sawit sebagai bahan dasar biofuel yang akan menggantikan solar sebagai bahan dasar generator pembangkit daya BTS.
Untuk pengerjaan ujicoba ini Indosat menargetkan dana sekira Rp1,5 miliar untuk kurun waktu 3 bulan. Dalam implementasinya, Indosat mengadakan kerjasama dengan ITB yang telah memiliki laboratorium khusus penelitian konversi energi elektrik dan PT LEN Persero yang telah berpengalaman mengembangkan energi alternatif. Kalau umumnya, setiap sistem BTS membutuhkan daya sekitar 2000 hingga 3000 watt. Sedangkan dalam ujicoba ini energi angin dapat memasok hingga 2500 watt peak. Sedangkan matahari dapat memberikan daya sekitar 4000 watt dan biofuel mampu memberi energi hingga 5000 watt.
Layanan micro payment berbasis ponsel ini menggunakan teknologi Near Field Communication (NFC) pertama di Indonesia. Ajang uji coba tersebut telah kami lakukan pada event Indonesia Cellular Show (ICS) kemarin. Dengan layanan ini diharapkan akan memberikan nilai tambah dan menjadi alternatif solusi bagi sistem pembayaran micro payment di Indonesia yang saat ini masih didominasi oleh transaksi tunai.
Layanan Indosat Mandiri Prabayar ini merupakan penggabungan antara layanan Mandiri Prabayar dengan SIM card milik Indosat melalui ponsel yang telah memiliki fasilitas NFC. Jadi, kartu prabayar ini mirip dengan kartu contactless biasa, hanya saja pada layanan baru ini uang tersimpan bukan pada kartu namun tersimpan di dalam sim card milik Indosat dan cara menggunakannya juga mudah yaitu pengguna tinggal menempelkan ponsel (yang telah dilengkapi NFC ke reader EDC di merchant-merchant Bank Mandiri. Untuk sementara layanan ini baru diuji coba terbatas kepada karyawan PT Indosat dan Bank Mandiri sambil menunggu ketersediaan ponsel yang NFC enable yang rencananya akan dikeluarkan beberapa provider handset terkemuka di akhir tahun ini.
Kami berharap, SKKL Jakabare ini akan selesai pembangunannya pada semester I 2009. SKKL ini akan mampu menyediakan kapasitas 160 Gbit/s hingga 640 Gbit/s yang akan memberikan koneksitas bandwith yang tinggi yang diharapkan dapat mengantisipasi pertumbuhan pasar layanan komunikasi data dan internet di Indonesia. Jaringan ini nantinya akan dapat memenuhi kebutuhan dan meningkatkan kapasitas jaringan yang melayani rute Indonesia ke Singapura. SKKL Jakabare ini akan memainkan peran penting dalam memenuhi permintaan pasar broadband di Indonesia. Kami berharap SKKL Jakabare ini akan dapat mendukung perusahaan dalam memberikan layanan komunikasi data dan internet dengan kualitas yang semakin baik dan meningkatkan kenyamanan komunikasi data pelanggan. Kami saat ini tengah melakukan diversifikasi jaringannya guna melayani suatu permintaan yang terus bertumbuh dengan meningkatkan penggunaan data dan internet di dalam negeri
Bisnis Indosat Tumbuh Pesat
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
oke.
Posting Komentar
Komentar anda Tentang Topik Di Atas